23.10.13

FOTO PROSESI PERNIKAHAN GKR HAYU - KPH NOTONEGORO Prosesi Akad Nikah, Tantingan & Kirab GKR Hayu - KPH Notonegoro

GKR Hayu - KPH NotonegoroFOTO PROSESI PERNIKAHAN GKR HAYU - KPH NOTONEGORO Prosesi Akad Nikah, Tantingan & Kirab GKR Hayu - KPH Notonegoro. Sultan HB X menikahkan langsung putrinya, Gusti Kanjeng Ratu Hayu di Masjid Panepen, Kompleks Keraton Yogyakarta, sekira pukul 07.30 WIB. Putri keempat Sultan Hamengku Buwono X resmi dipersunting oleh KPH Notonegoro dengan mas kawin berupa kitab suci Al Quran dan seperangkat alat salat. Lihat juga (FOTO) PERNIKAHAN AGUNG PUTRI KEEMPAT SULTAN YOGYAKARTA, PROSESI PERNIKAHAN GKR HAYU-KPH NOTONEGORO

Setelah akad nikah, keduanya kemudian melakukan serangkaian prosesi, di antaranya upacara panggih dan resepsi.

Setelah resmi menikah, keduanya dipertemukan dalam acara yang disebut panggih. Panggih ini merupakan pertemuan kedua pengantin untuk memberi salam kepada para tamu undangan, serta kerabat dekat.

Perias empat benua, Tienuk Fiefki kembali dipercaya Keraton Yogyakarta untuk merias putri keempat Sultan Hamengku Buwono X, Gusti Kanjeng Ratu Hayu saat melangsungkan royal wedding selama tiga hari.

Upacara panggih, Gusti Kanjeng Ratu Hayu dan Kanjeng Pangeran Haryo Notonegoro di Bangsal Kencana Keraton Yogyakarta dihadiri ribuan tamu undangan. Panitia Royal Wedding putri keempat Sultan Hamengku Bowono X mencatat ada 7.000 tamu undangan, termasuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bersama Ibu Negara Ani Yudhoyono.

KRT Yudohadiningrat, Ketua Panitia Royal Wedding Keraton Yogyakarta menjelaskan bahwa upacara panggih merupakan pertama kali kedua pengantin bertemu setelah melangsungkan prosesi ijab kabul dan tercacat di buku KUA Kecamatan Keraton Yogyakarta.

"Upacara panggih dihadiri 7.000 orang sesuai undang," kata KRT Yudohadiningrat di Keraton Yogyakarta, Selasa (22/10/2013).

Prosesi Kirab

Puncak acara Royal Wedding Gusti Kanjeng Ratu Hayu dan Kanjeng Pangeran Haryo saat prosesi arak-arakan kereta kuda dari Keraton Yogyakarta menuju Kepatihan.

Masyarakat menyaksikan langsung iring-iringan kereta pengantin dan kereta lainnya dengan pengawalan dari prajurit Keraton Yogyakarta.

pada prosesi tersebut para peserta kirab tampil dengan busana adat. Termasuk kedua mempelai yang mengenakan busana Jangan Menir berwarna toska dengan bordiran emas di bagian tengah dan tangan.

Sementara untuk aksesorinya, GKR Hayu dan KPH Notonegoro juga tampak mengenakan kalung dan gelang perunggu. Khusus untuk KPH Notonegoro, aksesori tambahan adalah topi pengantin atau kuluk berwarna hitam dengan garis emas.

Sedangkan GKR Hayu hanya mengenakan rangkaian bunga melati di bagian rambut. Riasan yang digunakan saat itu menggunakan paes ageng dengan ciri khas prada di bagaian dahi.

Sementara untuk keluarga dan kerabat yang mengiringi juga mengenakan kebaya untuk perempuan dan beskap bagi pria.

Sejak pagi, abdi dalem prajurit Patang Puluh dan Jagakarya bersiap di halaman Regol Keben. Mereka mengenakan pakaian prajurit beserta pelengkapannya. Kesatuan abdi dalem lainnya, Prajurit Wirobrojo, Daeng, Ketanggung, dan Mantrijero, juga berbaris sejak pagi di Keraton.

Abdi dalem yang mengurus kereta, Punakwan Reh Kawedanan Hageng Wahana, mengenakan pakaian kusir kereta. Mereka sejak pagi mempersiapkan kereta yang dinaiki pengantin putri Ratu Hayu selama kirab.

Masing-masing kereta keraton punya nama. Urutan kereta keraton yang paling depan adalah kereta Kanjeng Kiai Notopuro. Pada urutan kedua yaitu kereta Kiai Jongwiat, disusul Kiai Rejopawoko, Rotobiru, dan Kiai Permili. Kirab ini juga diikuti Raja Puro Pakualaman, Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Paku Alam IX. Puro Pakualaman merupakan kadipaten (kerajaan kecil) otonom di dalam wilayah Keraton Yogyakarta.

Setelah acara kirab, prosesi dilanjutkan dengan resepsi dan pamitan kepada kedua orangtua.

Suvenir unik dari Keraton Yogya

suvenir pernikahan Gusti Kanjeng Ratu Hayu dan Kajeng Pangeran Haryo Notonegoro akhirnya terjawab. Ternyata, ada dua jenis suvenir unik yang dibagikan untuk para tamu undangan.

Suvenir pertama berbentuk glass art dengan hologram yang bergambar Keraton Yogyakarta. Sementara suvenir lainnya adalah bingkai dari Keraton Yogyakarta yang dihadirkan secara pop up atau tiga dimensi. Seperti umumnya suvenir pernikahan, nama GKR Hayu-KPH Notonegoro, serta tempat dan tanggal juga terukir di dalamnya.

Suvenir-suvenir itu kemudian dikemas dalam sebuah kotak yang sudah dilapisi oleh kain batik bermotif kawung warna biru. Tak lupa, pada bagian tengah penutup kotak juga disertakan lambang Keraton Yogyakarta.

Selanjutnya, kotak yang berisi kreasi unik itu dibungkus dengan papper bag berwarna biru dan putih, lengkap dengan lambang Keraton Yogyakarta dan motif batik kawung.








0 comments:

Post a Comment